Monthly Archives: November 2008

Sekilas tentang kerusakan Remote Control


remote-control-holder2

Barangkali kita sering menemui Remote control yang tidak berfungsi/tidak dapat dipakai. kadang nyebelin.

berikut ada beberapa penyebab :

Penyebab pertama adalah bukan remote controlnya yang rusak, tapi sensor di perangkat (TV/VCD/Compo dll). pertanyaanya tentu bagaiamana kita dapat menentukan yang rusak remotenya atau perangkat? bila ada perangkat/remote yang lain yang sejenis mungkin kita dapat mencobanya. Tapi bila tidak ada perangkat atau remote lain yang bisa digunakan untuk mencoba bagaimana? tenang…. ada sedikit tips. Remote control dapat dites berfungsi atau tidak dengan menggunakan radio AM/MW.  coba nyalakan radio pada gelombang MW/AM, kemudian pencet-pencet tombol di remote sambil di dekatkan ke radio tadi. apabila di radio terdengar bunyi “tut” saat tombol di pencet, berati tombol/remote kontrol berfungsi, berarti kerusakan terjadi pada perangkat bukan pada remotenya.

penyebeb kedua adalah batre remote habis . apabila hasil pengujian menggunakan radio didapatkan diagnosa remote kontrol yang rusak,hal pertama yang harus dilakukan adalah,pastikan batre remote kontrol baik/belum habis. banyak keluhan remote kontrol rusak hanya disebabkan karena batrenya yang habis. untuk itu,sebelum dilakukan pembongkaran remote, ada baiknya batre diganti dengan yang baru.

penyebab ketiga adalah terminal batre yang berkarat. ini bisa diakibatkan karena batre terlalu lama terpasang dan lembab/rusak sehingga mengakibatkan terminal batre berkarat. bila ini terjadi, tentu arus dari batre tidak dapat menyuplai tegangan kerja ke komponen aktif remote control,dan remote tidak dapat bekerja.

Penyebab keempat adalah papan PCB kotor atau lembab. ini dapat dilihat hanya bila remote control sudah dibongkar. hal yang dapat dilakukan adalah melakukan pembersihan papan PCB dari kotoran.

Penyebab kelima adalah karbon aus/tipis. biasanya remote control, pada tombolnya dibagian bawah(sisi yang kontak dengan PCB) dilapisi karbon. apabila karbon ini habis/menipis maka tombol tidak bisa berfungsi. apabila karbon sudah habis/tipis dapat diganti dengan lapisan almunium voil yang terdapat pada bungkus rokok. atau dapat juga diganti dengan lapisan karbon yang baru(caranya dengan dilapisi karbon cair yang sudah beredar dipasaran.karbon cair ini akan mengering setelah beberapa menit dilapskan ke tombol)

penyebab ke enam adalah led infra merah rusak. Apabila Led ini rusak, tentu data/perintah dari remote ini tidak dapat dipancarkan ke perangkat yang akan kita kontrol.

Penyebab ketujuh adalah komponen CF yang rusak. komponen ini adalah sebagai pembangkit frequensi pembawa data/perintah dari remote Control. apabila komponen ini rusak, tentu tidak akan ada data yang bisa terkirim ke perangkat yang kita kontrol. komponen ini biasanya berbentuk kotak kadang berkaki 2 ada juga yang berkaki 3. komponen CF biasanya berwarna biru/hitam/kuning/orange.

Penyebab ke delapan adalah Casing remote yang pecah, sehingga tombol yang kita pencet tidak pas pada tombol di PCB. tentu ini akan menyebabkan tidak adanya data/perintah yang kita masukkan ke remote Control.

Penyebab ke sembilan adalah jalur PCB yang rusak. Ini akan mengakibatkantidak berfungsinya remote kontrol. Hal yang dapat dilakukan adalah melakukan/penyambungan atau perbaikan jalur pada PCB.

Penyebab ke Sepuluh adalah kerusakan komponen aktif pada remote(transistor/IC) bila yang rusak cuma transistor mungkin bisa kita ganti dengan komponen sejenis dan se type yang ada di pasaran. Namun bila yang rusak adalah IC, biasanya sudah dapat diperbaiki 😦 .

Penyebab ke sebelas adalah rusaknya komponen pasif (resistor/condensator) kerusakan jenis ini jarang sekali terjadi pada remote Control.

demikian sekilas tentang remote Control. semoga bermanfaat.

Asal Mula Satelite


Kita harus berterima kasih kepada Sir Arthur C. Clarke, seorang berkebangsaan Inggris yang telah menulis buku fiksi ilmiah”2001: A Space Odyssey” Buku ini menjadi inspirasi satellite geosinkron. Dalam tahun 1945,Tuan Clarke telah mencatat bahwa suatu satellite yang berada di dalam orbit melingkar katulistiwa dengan jarak 42.242 km akan mempunyai kecepatan sudut yang sama dengan putaran bumi. Dengan demikian ia akan terus menerus berada pada satu titik yang sama di atas bumi dan dapat menerima dan merelai sinyal pada hamper seluruh belahan bumi. Pada jarak itu, tiga buah satellite yang ditempatkan terpisah 120 derajat dapat mencakup seluruh bola dunia. Sehingga dua buah titik dimanapun di dunia ini dapat dihubungkan.

Berdasarkan gagasan itu, rusia pada tanggal 4 oktober 1957 meluncurkan satelitenya yang pertama SPUTNIK I. Meskipun pada saat itu tekhnologi roket sdh cukup maju, namun orbit sinkron baru bias dicapai pada 1963. sejak saat itu mulailah apa yang disebut “Space Race” dengan usaha AS menandingi Rusia. 18 Desember 1958 AS meluncurkan SCORE (Signal Comunication by Orbitting Relay Equipment) yang ditempatkan pada orbit rendah. Satellite ini menyiarkan ulang rekaman suara presiden Einsenhower dan merupakan satellite repeater pertama yang berhasil. SCORE dijuluki “pipa Bangkok di angkasa”.

Satellite komunikasi yang pertama adalah ECHO I yang diluncurkan oleh AT&T pada tanggal 12 Agustus 1960 dan 25 January 1964. Satelite ini pada saat itu sangat populer karena pada malam hari yang cerah dapat terlihat dengan mata telanjang. ECHO I masih berupa pemantul pasif karena belum memiliki transphonder dan baterai.

Bell system kemudian mengembangkan satelite bertransponder,TELSTAR I dan TELSTAR II yang diluncurkan pada tanggal 10 juli 1962 dan 7 mei 1963. namun masih pada orbit rendah. Satelite komunikasi dengan orbit geosinkron pertama yang berhasil diluncurkan adalah satelite seri SYNCOM yang dimulai pada tahun 1963. Kurang dari 20 tahun setelah Sir Clarke mengemukakan gagasannya. SYNCOM I gagal diluncurkan tapi SYNCOM II dan III berhasil ditempatkan pada orbitnya pada tanggal 26 Juli 1963 dan 1964. transphondernya mampu membawa dua buah sinyal pembawa pada saat yang sama untuk oprasi full duplex.

Satelite geosinkron komersial yang pertama adalah INTELSAT I. Proyek Intelsat ini dibiayai oleh suatu konsorsium yang beranggotakan lebih dari 105 negara. INTELSAT pertama disebut EARLY BIRD diluncurkan pada 6 April 1965 dan masih tetap aktif sampai tahun 1969. kemudian disusul dengan INTELSAT-INTELSAT berikutnya. Kurang 7 tahun sesudahnya NASA meluncurkan satelite SKSD PALAPA buatan Hughes Aircraft untuk PERUMTEL Indonesia.

Cable Modem


The internet has become even faster. Gone are the days of sluggish dial-up connections. Cable modems offer a way for you to use your cable connection to get high-speed internet access.

How do cable modems work?

First of all, data and information from the internet comes over the coaxial cable, the same cable that is used to give you a television signal if you have cable television. Coaxial cables have the ability to store a large amount of data, so there is plenty of room for both your television and internet.

The cable modem is what allows you to have both cable television and high-speed internet access on the same coaxial cable. There are several parts of a cable modem, and they each serve a different function. The tuner is the portion that receives the internet signal from the cable and then moves the signal to the demodulator. The demodulator takes the signal and the data that is on it and coverts it into a digital form that can eventually be read by the computer. Some cable modems also have a modulator, which takes the signal and converts it back to a form that can be transmitted back out into the coaxial cable.

High-speed internet access gives you a lot of freedom. You no longer need to tie up a phone line in order to have an internet connection. They also allow you to get and receive data at a faster rate because a coaxial cable has a lot of space, despite the fact that you also use the cable to get a cable television signal.

In order to enjoy high-speed internet access, you will need a cable modem. Understanding how the modem works will help you make the best choices, in terms of price and function, when purchasing one.
Cable Modems provides detailed information on Cable Modems, Installilng Cable Modems, Cable Modem Reviews, Uncapping Cable Modems and more. Cable Modems is affiliated with Computer Cables.

Article Source: http://EzineArticles.com/?expert=Kevin_Stith

Mengenal Sistem Televisi Kabel


Mengenal Sistem Televisi Kabel

Sering banget kita mendengar orang menyebut soal TV kabel. Apa sih bedanya dengan TV nonkabel?

Siaran televisi (TV) kabel memang sudah menjadi bagian hidup sebagian besar masyarakat Amerika Serikat. Sementara di Indonesia, hal itu masih jadi konsumsi yang cukup mahal. Dengan kondisi: jumlah operator sedikit, hanya terdapat di beberapa kota besar (seperti Jakarta, Medan, Bandung, dan Surabaya), serta jumlah pelanggan terbatas di masyarakat kelas atas. Sebenarnya, seperti apa sih TV kabel itu?

Sesuai dengan namanya, kabel merupakan media penghubung antara operator siaran TV dan pelanggan. Sistem TV kabel yang pertama (dibuat pada tahun 1948) menggunakan kabel jenis twin lead. Kabel ini berbentuk pita seperti yang dipasang pada TV hitam putih. Sistem berikutnya (dibuat tahun 1950) telah menggunakan kabel coaxial. Kabel coaxial tersusun dari konduktor dalam yang diselimuti isolator dan konduktor luar, seperti yang dipasang antara antena dan pesawat TV zaman sekarang. Perkembangan selanjutnya, dimanfaatkan juga jaringan microwave, satelit, dan kabel serat optik.

Perjalanan TV kabel

Sebenarnya TV kabel pertama dibangun untuk mengatasi kesulitan menerima siaran televisi yang dialami oleh daerah dengan penerimaan sinyal buruk. Biasanya sebuah antena dipasang di menara yang terletak di puncak gunung atau tempat-tempat tinggi lain di daerah itu. Kemudian, kabel digunakan untuk menghubungkan antena dengan pesawat TV di beberapa rumah sekitarnya.

Tahun 1948, Ed Parson yang tinggal di Astoria, Oregon, membuat sistem community antenna television (CATV) dengan media kabel twin-lead dan dipasang dari satu atap rumah ke atap rumah lain. Sementara itu, pada tahun 1950, Bob Tarlton membangun sistemnya di Lansford, Pennsylvania, dengan menggunakan kabel coaxial yang dipasang pada tiang. Ia mendapat hak monopoli di kotanya dan menyiarkan tiga saluran bagi pelanggannya.

Ternyata kesulitan penerimaan siaran televisi tidak hanya terjadi di daerah-daerah terpencil, tetapi juga di kota-kota yang penuh dengan gedung-gedung tinggi. Karena itu, TV kabel juga berkembang di daerah perkotaan. Selain itu, semakin lama tidak hanya sekadar menjadi sambungan ekstensi dari siaran TV lokal saja, tapi sudah mampu memberikan layanan yang dapat menyaingi siaran TV lain.

Melihat perkembangan itu, Federal Communication Commision (FCC) membuat batasan bagi TV kabel untuk menerima siaran televisi jarak jauh. Pada awal tahun 1970, FCC memperkuat kebijakan tadi dengan membuat undang-undang yang membatasi kemampuan operator TV kabel dalam menyiarkan: film, sekilas peristiwa, dan lain-lain.

Akan tetapi, pada tahun 1972 dikeluarkan kebijakan deregulasi bertahap untuk TV kabel. Akibatnya, aturan-aturan semakin diperlonggar. Hal itu membangkitkan industri pembuat kelengkapan televisi kabel di tingkat lokal dan federal. Dengan demikian, terjadilah pertumbuhan layanan siaran dan penambahan pelanggan. Penggunaan teknologi microwave, komunikasi satelit, dan kabel serat optik sebagai media tambahan juga meningkatkan pertumbuhan layanan. Selain itu, diperoleh pula peningkatan saluran dengan cara kompresi data video digital.

Di Indonesia sendiri TV kabel muncul pada awal tahun 1990-an. Saat ini sedikitnya ada tiga operator yang masih terpaku untuk melayani kalangan tertentu di beberapa kota besar. Biaya penyambungan dan langganan yang tinggi membuat belum banyak orang berminat menjadi pelanggan. Belum lagi jumlah stasiun televisi yang tampaknya masih dapat memenuhi kebutuhan sebagian besar masyarakat kita. Apalagi dengan munculnya TV-TV lokal.

Headend adalah sumber dari sinyal yang dipancarkan ke sistem kabel. Headend tidak hanya menerima sinyal siaran lokal untuk dipancarkan saja, tetapi juga dapat menerima sinyal-sinyal: siaran dari kota yang jauh, siaran dari satelit, dan dari gelombang microwave. Karena itu, headend dilengkapi dengan perangkat penunjang, seperti menara dan berbagai jenis antena, termasuk antena parabola, untuk menerima siaran dari satelit.

Selain itu, headend bisa mempunyai program siaran sendiri sehingga membutuhkan studio yang memadai untuk menghasilkan program siarannya. Untuk aplikasi ini, headend dapat mengatur sendiri waktu dan saluran yang diperlukan. Adapun waktu dan saluran untuk community access biasanya dipercayakan kepada franchise lokal. Pada umumnya sistem TV kabel tidak dapat melakukan editing kontrol terhadap kualitas atau isi program-program community access.

Sistem kabel terdiri atas dua bagian, yaitu sistem trunk dan sistem distribusi. Sistem trunk berfungsi untuk mengirim sinyal ke kelompok-kelompok pelanggan. Perangkat-perangkat dalam sistem trunk adalah kabel trunk dan trunk amplifier. Trunk amplifier berfungsi untuk menguatkan sinyal yang melemah akibat panjangnya kabel. Ia dipasang pada tiap jarak tertentu. Jumlah amplifier yang dipasang pada kabel dibatasi oleh nilai noise dan distorsi pada amplifier bersangkutan. Kabel yang bermutu baik akan mengurangi jumlah amplifier untuk panjang kabel yang sama.

Sistem distribusi berfungsi untuk mendistribusikan sinyal ke tiap-tiap rumah dalam satu kelompok pelanggan. Antara sistem trunk dan sistem distribusi dipasang interface yang disebut bridger amplifier. Perangkat pendukung sistem distribusi adalah kabel distribusi, line extender amplifier, dan tap. Fungsi line extender amplifier pada sistem distribusi serupa dengan fungsi trunk amplifier pada sistem trunk. Tap berfungsi sebagai titik pengambilan sinyal atau percabangan untuk kabel drop yang dihubungkan dengan perangkat pada pelanggan. Berbeda dengan kabel distribusi yang berstruktur kaku, kabel drop mempunyai struktur yang fleksibel/lentur.

Di rumah pelanggan, keluaran kabel drop dihubungkan dengan TV atau VCR (video cassete recorder). Tetapi, jika TV atau VCR pelanggan tidak dapat menemukan seluruh kanal yang ada (karena VCR tidak kompatibel dengan sistem kabel), diperlukan converter yang berfungsi sebagai interface/penerjemah antara TV dan sistem kabel. Biasanya, converter telah disediakan oleh operator TV kabel. Jika sinyal siaran yang dikirim oleh headend melalui proses pengacakan (scrambling), pada converter harus dipasang descrambler.

Pita frekuensi dan kanal

Pita frekuensi sinyal operasi TV kabel relatif lebar, berkisar 50 MHz sampai dengan 450 MHz, bahkan hingga 1 GHz. Pita frekuensi selebar itu dibagi menjadi banyak kanal. Lebar tiap kanal disesuaikan dengan lebar pita video standar yang sebesar 4,2 MHz. Semakin banyak kanal yang digunakan, semakin lebar pula pita frekuensi yang diperlukan. Kanal-kanal ini dikirim secara serentak lewat kabel.

Masalahnya, walaupun sistem TV kabel mempunyai pita frekuensi yang lebar, pesawat TV yang digunakan tidak seperti itu. Karenanya, sistem ini menyediakan beberapa kanal (umumnya kanal 2,3,4,5) sebagai kanal rujukan bagi pesawat TV atau VCR. Di kanal itu pesawat TV berfungsi sebagai monitor dan pemilihan siaran dilakukan dengan mengatur tuner/penala pada converter.

Perkembangan sistem

Munculnya teknologi-teknologi terbaru dan meningkatnya kebutuhan penganekaragaman manfaat sistem TV kabel menyebabkan sistem ini berkembang dari waktu ke waktu. Perkembangannya terjadi pada perangkat keras maupun lunak. Di antaranya adalah penggunaan gelombang microwave, jika menara penerima siaran jarak jauh terletak jauh dari headend. Jika pemasangan kabel trunk atau distribusi sulit dilakukan atau mahal, maka gelombang microwave dapat digunakan sebagai pengganti.

Munculnya kabel serat optik, yang dapat dipakai pada sistem trunk maupun distribusi, menghasilkan sinyal siaran yang lebih baik karena tahan terhadap gangguan cuaca atau interferensi dari gelombang radio lain. Penggunaan kabel serat optik juga mengurangi jumlah amplifier yang digunakan karena kabel serat optik mempunyai nilai rugi kabel yang rendah.

Diterapkannya sistem digital pada perangkat-perangkat siaran maupun pesawat TV juga menimbulkan banyak perubahan. Teknik kompresi video digital membuat kapasitas sistem menjadi lebih tinggi sehingga memperbanyak jumlah kanal. Teknik-teknik Forward Error Correction (FEC) yang dapat memperbaiki kesalahan data akibat noise juga dimanfaatkan untuk mendapatkan laju transmisi yang lebih tinggi.

Yang cukup baru adalah pemanfaatan sistem kabel untuk Internet. Aplikasi ini bisa terjadi jika headend menambah fungsinya sebagai gateway Internet. Headend juga menjadi server untuk layanan web, e-mail, dan e-news. Untuk itu, sistem kabel harus menyediakan kanal dua arah bagi pengiriman dan penerimaan data dengan sistem LAN (Local Area Network).

Pengembangan-pengembangan lain sudah tentu harus terus dilakukan, mengingat banyak pesaing yang selalu berusaha menjadi “one stop server/operator” yang dapat memenuhi segala kebutuhan komunikasi sekaligus hiburan bagi pelanggannya. Persaingan bisa muncul dari sistem ponsel dengan TV selulernya yang lebih mobile atau saluran telepon tetap yang dapat dikembangkan menjadi pembawa sinyal siaran video. Dengan kelebihan-kelebihannya, sistem-sistem ini pastilah menjadi pesaing kuat bagi TV kabel.